BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Neonatus
2.1.1 Pengertian
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan
4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir)
sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7
hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun,
2010)
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir
normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
2.1.2 Manifestasi klinis neonatus
normal
Menurut Sarwono Prawiroharjo tahun 2002 :
1)
Bunyi jantung dalam menit pertama
kira-kira 180/menit yang kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit pada waktu
bayi berumur 30 menit.
2)
Pernapasan cepat pada menit-menit
pertama (kira-kira 80/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi
suprastenal dan intercostals, serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15
menit.
3)
Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar
Score).
4)
Berat badan 2500 gram- 4000 gram.
5)
Panjang badan lahir 48-52 cm.
6)
Lingkar kepala 33-35cm.
7)
Lingkar dada 30-38 cm.
8)
Lingkar lengan atas 11 cm.
9)
Reflek isap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik.
10) Reflek
moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.
11) Grasping
reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas telapak tangan, bayi
akan mengengam.
12) iGenatalia
: labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada perempuan).
13) Testis
sudah turun di scortum (pada laki-laki).
14) Eliminasi
: baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.mekonium bewarna coklat
kehijauan.
15) Kesadaran
Enam keadaan tentang kesadaran pada bayi baru
lahir :
o
Menangis
Keadaan menangis bayi mengeluarkan
aktifitas motorik yang tidak jelas dan aktif menangis. Tangis yang normal
adalah kuat dan keras/nyaring.
o
Tidur nyenyak
Keadaan tidur tenang bayi jarang
bergerak dan pernapasan lambat serta teratur.
o
Tidur dengan gerakan mata yang tepat
(REM, rapid eye movement)
Keadaan tidur REM bayi bernafas
tidak teratur dan meringis serta gerakan mata yang cepat.
o
Aktif - sadar
Keadaan aktif-sadar, bayi
memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif dengan ekpresi wajah tenang atau
meringis.
o
Tenang - sadar
Keadaan sadar-tenang, bayi sadar
tapi relaks. Mata terbuka dan terfokus.
o
Transisional
Keadaan transisional bayi mengalami
dari satu keadaan sadar ke keadaan sadar lainnya.
Karakteristik Khusus Neonatus
menurut Hamilton (2005 : 217-221) :
a. Kepala
Kepala neonatus ¼ dari panjang tubuh
keseluruhan. Lingkar kepala bayi berkisar 12 ½ inci – 4 inci (31-35,5 cm), pada
tulang kepala dapat terjadi saling tindih yang disebut molding.
Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi
satu terdapat ruang yang disebut pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang
terlihat. Fontanela anterior lebih besar (bregma) tertutup sampai usia 18
bulan. Fontanela posterior tertutup bulan kedua pontanela anterior cekung
menandakan dehidrasi, fontanel menonjol menunjukkan peningkatan tekanan intra
kranial.
b. Kulit, kulit bayi sangat halus, merah
kehitaman karena tipis dan lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Karakteristik
pada kulit bayi berupa:
1)
Vernik kaseosa
Berupa pasta seperti keju yang melindungi
kulit selama kehidupan di intra uterin dalam cairan amnion, setelah lahir
vernik kaseosa hilang dalam 2 atau 3 hari.
2) Milla
Bintik keputihan khas pada hidung, pipi
dan dahi bayi baru lahir, milla bertahap hilang sekitar 2 minggu.
3)
Lanugo
Adalah
rambut halus yang terdapat pada bahu, bokong, dan extremitas dan menghilang
selama minggu pertama kehidupan.
4)
Eritema toksikum
Ini adalah jenis dari “alergi kemerahan”
yang terlihat sebagai bercak-bercak kemerahan pada kulit bayi normal dan
menghilang secara bertahap.
5) Bercak mongolian
Terkadang, terdapat area bercak lebar
hitam berpigmen pada bokong atau bagian bawah bayi dengan warna kulit kuning,
menghilang sekitar 1 atau 2 tahun pertama.
6) Tanda lahir (nevi)
Bersifat sementara dan permanen, akibat
kelainan struktur pigmen, pembuluh darah rambut atau jaringan lainnya.
7) Ikterik
Warna kuning pada kulit atau sklera mata
disebabkan karena bilirubin berlebihan dalam darah dan jaringan, imaturitas
hepar bayi baru lahir, menghilang sekitar hari ke tujuh yang biasa disebut
ikterik neonatum.
c.
Rambut dan kuku
Rambut bayi mungkin panjang dan tebal
atau mungkin botak, bulu mata dan alis terdapat sejak lahir. Kuku jarinya
mungkin panjang dan cukup tajam.
d. Payudara
Payudara pada bayi laki-laki dan
perempuan mungkin terlihat membesar karena banyaknya hormon wanita dan darah
ibu, kadang mensekresi colostrom.
e. Genetalia
Pada laki-laki testis normalnya turun selam
kehidupan intrauterin dan telah berada pada kantung skrotum pada saat lahir.
Pada bayi perempuan labia minora dan klitorisnya mungkin membengkak saat lahir
akibat tingginya hormon wanita dalam darah ibu. Keluaran lendir putih pada
vagina kadang dengan darah (perdarahan withdrawal). Reflek yang ditemukan pada
neonatus yang normal menurut Ladewidg (2005 : 174) adalah sebagai berikut
Reflek normal pada bayi
lahir, menurut Ladewidg (2005:174) :
1)
Refleks moro
Didapat dengan cara memberikan isyarat
(teriakan, gerakan mendadak) pada bayi. Respon bayi baru lahir berupa
menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut fleksi dan bayi
mungkin menangis.
2)
Refleks menggenggam
Didapat dengan cara menstimulasi telapak
tangan bayi dengan sebuah obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan
memegang erat.
3)
Refleks menghisap
Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir
atau dagu disentuh. Sebagai respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk
menghisap obyek.
4) Rotting refleks
Rooting
reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir
mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang
menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks
menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4 bulan.
Refleks digantikan dengan makan secara sukarela. Refleks menghisap dan mencari
adalah upaya untuk mempertahankan hidup bagi bayi mamalia atau binatang
menyusui yang baru lahir, karena dengan begitu dia dapat menemukan susu ibu
untuk memperoleh makanan.
Reflek lain yang
ditemukan menurut Bobak and Jensen (2000 : 575).
1)
Refleks tonus leher
Reflek tonik leher atau reflek ”angguk”
diobservasi pada neonatus dalam posisi terlentang. Ketika kepala bayi
digerakkan ke kiri atau kanan, bayi membentangkan tangannya kemana kepalanya
digerakkan dan menekukkan tangan yang berlawanan. Reflek ini tidak terlihat
pada bayi usia 1 hari. Reflek ini dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan.
Reflek yang terus menerus pada bayi yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan
adanya kelumpuhan pada otak.
2.1.3 Pemeriksaan fisik neonatus
(Head to toe)
a. Kepala
|
:
|
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil,
sutura, moulase, caput succedaneum, cephal haetoma, hidrosefalus, rambut
meliputi : jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan punggung.
|
b. Muka
|
:
|
Tanda-tanda paralisis
|
c. Mata
|
:
|
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran
epicanthus) dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak kongenital, trauma,
keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva.
|
d. Telinga
|
:
|
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan
letak, dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran.
|
e. Hidung
|
:
|
Bentuk dan lebar hidung, pola
pernafasan, kebersihan
|
f. Mulut
|
:
|
Kesimetrisan, mukosa mulut
kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap,
labio skiziz/palatoskisis, trush, sianosis.
|
g. Leher
|
:
|
Kesimetrisan, pembengkakan, kelainan
tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas kromosom
|
h. Klavikula & lengan atas
|
:
|
Fraktur klavikula, gerakan, jumlah
jari
|
i. Dada
|
:
|
Bentuk dan kelainan bentuk dada,
puting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan.
|
j. Abdomen
|
:
|
Penonjolan sekitar tali pusat pada
saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat,
dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,
kesimetrisan, palpasi hati dan ginjal.
|
k. Genetalia
|
:
|
Kelamin laki-laki : panjang testis,
testis sudah turun berada dalam skrotum, orifisium uretra di ujung penis,
kelainan(fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan : labia mayora dan
labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret, dll.
|
l. Tungkai dan kaki
|
:
|
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah
jari, pergerakan, pes equinovarus/pes equinovalgus.
|
m. Anus
|
:
|
Berlubang atau tidak, posisi, fungsi
sfingter ani, adanya atresia ani, meconium plug syndrome, megacolon.
|
n. Punggung
|
:
|
Bayi tengkurap, raba kurvatula kolumna
vertebralis, skoliosis, pembengkakan, spina bifida, meilomeningokel,
lesung/bercak rambut, dll.
|
o.Pemeriksaan kulit
|
:
|
Vernik caseosa, lanugo, warna, oedem,
bercak, tanda lahir, memar.
|
2.1.4 Adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus
. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi
fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin
(Muslihatun,2010).
Beberapa perubahan fisiologis yang dialami bayi baru
lahir antara lain yaitu :
a. Sistem
pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir
normal terjadi dalam 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali
untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan
menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di
dalam Respirasinya biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal.
b. Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan
dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu tubuh
aksila pada bayi normal adalah 36,5 sampai 37,5 0C.
Gambar
: Mekanisme Hilangnya panas pada bayi baru lahir
Terdapat empat kemungkin mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
kehilangan panas yaitu :
1.
Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat
dalam kontak langsung dengan objek yang lebih dingin (Walsh, 2007).
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika
menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Dewi, 2010).
2. Radiasi
Kehilangan panas melalui radiasi terjadi ketika
panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar dari tubuhnya ke lingkungan yang
lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contohnya,
membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan ber AC tanpa pemanas, membiarkan bayi
baru lahir dalam keadaan telanjang, atau menidurkan bayi baru lahir berdekatan
dengan ruangan yang dingin (Dewi, 2010).
3.
Konveksi
Konveksi terjadi saat panas hilang dari tubuh bayi
ke udara di sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang
bergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Contohnya konveksi dapat terjadi ketika membiarkan
atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, atau membiarkan bayi baru lahir
di ruangan yang terpasang kipas.
4. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat
lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh
bayi sendiri. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
Apabila bayi baru lahir diletakkan dalam suhu kamar
25°C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi
yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya
saja (Dewi, 2010)
c. Metabolisme
Luas permukaan tubuh nonatus, relatif lebih luas
dari orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi
baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
Pada jam jam pertama energi didapatkan dari
perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapatkan susu kurang lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan
energy bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% didapatkan dari karbohidrat.
(Muslihatun,2010).
d. Sistem peredaran darah
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan
fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi
proses penghantaran oksigen ke seluruh tubuh , maka terdapat perubahan, yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan dan penutupan duktus arteriosus
antara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada
seluruh sistem pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh
darah mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat
terjadi pada saat tali pusat dipotong, resistensinya kan meningkat dan tekanan
atrium kanan akan menurun karena darah ke atrium berkurang yang dapan
menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun. Proses tersebut
membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang, serta saat terjadi pernapasan
pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan.
Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh
darah paru.
Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatnya
tekanan pada atrium kanan akan terjadi
penurunan atrium kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernapasan kadar
oksigen dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus
mengalami konstriksi dan menutup
Perubahan lain menutupnya vena umbilikus, duktus
venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz dan Sowden dalam Aziz, 2008).
e.
Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih
banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan
ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karna jumlah nefron masih
belum sebanyak orang dewasa, keseimbangan luas permukaan glomerolus dan volume
tubulus proksimal, sertarenal Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang
dewasa (Muslihatun, 2010).
Pada waktu lahir, terjadi perubahan fisiologik yang
menyebabkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur
dan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin bertambah
mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab
turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu permulaan) (Saifuddin,
2006).
f. Keseimbangan
asam basa
Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah
mengkompensasi asidosis ini (Dewi, 2010).
g. Warna kulit
Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan kelihatan lebih gelap
daripada bagian tubuh lainnya, tetapi dengan bertambahnya umur bagian ini akan
lebih merah jambu.
2.1.5 Dasar asuhan bayi baru lahir
Menurut Depkes (2010; h. 10), dalam setiap
persalinan, penatalaksanaan bayi baru lahir menganut beberapa prinsip yang
penting diantaranya:
1)
Jaga bayi tetap hangat
2)
Isap lendir dari mulut dan hidung (bila
perlu)
3)
Keringkan
4)
Pemantauan tanda bahaya
5)
Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa
membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir
6)
Lakukan inisiasi menyusui dini
7)
Beri suntikan vitamin K1 1 mg
intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini
8)
Beri salep mata antibiotika pada kedua
mata
9)
Pemeriksaan fisik
10) Beri
imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan anterolateral,
kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamn K1.
Dalam
asuhan bayi baru lahir lakukan juga hal-hal sebagai berikut :
1. Teruskan
menjaga kehangatan bayi dengan kontak kulit ibu bayi selama 1 jam pertama.
2. Anjurkan
ibu untuk menyusui jika bayi sudah menunjkkan tanda ingin menyusu.
3. Jangan
memberikan dot atau makanan apapun sebelum diberi ASI. Juga tidak dianjurkan
untuk memberikan air, air gula, dan susu formula.
Lakukan
pemantauan terhadap bayi yang diletakkan pada dada ibu setiap 15 menit setelah
1-2 jam pertama kehidupan, untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Pernafasan
: apakah merintih, terdapat retraksi dinding dada bawah/pernafasan cepat
Jika terdapat tanda kesulitan
bernafas (merintih, retraksi dinding dada bawah atau nafas cepat) maka segera
lakukan rujukan
2. Kehangatan
: periksa apakah kaki teraba dingin
Jika kaki terbaa dingin, pastikan
suhu ruangan hangat. Tempatkan atau lanjutkan bayi untuk kontak kulit ke kulit
dengan ibunya, serta selimuti ibu dan bayi dengan selimut yang hangat.
Periksa kembali 1 jam kemudian.
Bila tetap dingin, lakukan pengukuran suhu tubuh kurnag dari 36,5 0C, lakukan
penatalaksanaan hipotermi.
Jika bayi lahir mati atau
meninggal, lakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk memberi dukungan pada
ibu dan keluarganya.
(Depkes RI, 2008)
2.1.6
Rencana Asuhan bayi usia 2-6 hari
Perencanaan
asuhan bayi usia 2-6 hari menurut Wafi Nur Muslihatun, 2010 adalah :
1. Minum
bayi
Beri minum segera mungkin setelah
lahir yaitu dalam waktu 30 menit atau dalam 3 jam setelah masuk rumah sakit,
kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena masalah tertentu. Bila
bayi di rawat dirumah sakit, upayakan ibu mendampingi dan tetap memberikan ASI.
2. BAB
(Buang Air Besar)
Kotoran
yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari pertama adalah mekonium.
Mekonium adalah ekskresi gastro intestinal bayi baru lahir yang diakumulasikan
dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna
mekonium adalah hijau kehitaman, lembut, terdiri atas : mukus, sel epitel,
cairan amnion yang tertelan, asam lemak, dan pigmen empedu. Mekonium ini keluar
pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekonium dikeluarkan seluruhnya
2-3 hari setelah lahir. Mekonium yang telah keluadalam waktu 24 jam menandakan
anur bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekonium tidak keluar, kemungkinan
adanya atresia ani dan megakolon.
Warna
feses akan berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari. Bayi yang
diberi Asi feses menjadi lebih lembut, warna kuning terang, dan tidak berbau.
Sedangkan bayi yang diberi susu formula, feses akan cenderung lebih pucat dan
agak berbau. Warna feses akan cenderung kuning kecoklatan setelah bayi
mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya sekali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada
hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup akan BAB 5
kali atau lebih dalam sehari. Pada saat bayi berumur 3-4 minggu, frekuensi BAB
berkurang menjadi 1 kali dalam 2-3 hari. Bayi dengan pemberian susu formula
akan lebih sering BAB, tetapi cendererung lebih sering mengalami konstipasi.
Jika bayi tidak BAB atau feses tidak keluar, bidan atau petugas kesehatan harus
mengkaji adanya distensi abdomen dan bising usus.
3.
Buang air kecil (BAK)
Bayi lahir akan BAK dalam 24 jam setelah
lahir. Selanjutnya, bayi akan BAK 6 kali/hari.
4.
Tidur
Bayi pada kehidupan pertamanya akan
menghapiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau
tidur ringan dan tidur lelap. Pda siang hari hanya 15 % waktu digunakan bayi
dalam keadaaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan
mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan untuk tidur.
5.
Kebersihan kulit
Kulit bayi
sangat sensitif. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi maka
keutuhan kulit harus dijaga.Verniks caseosa bermanfaat untuk melindungi kulit
bayi, sehingga jangan diberikan pada saat memandikan bayi.
Untuk memastikan
semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih
dan kering. Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama) cenderung
meningkatkan kejadian hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh
bayi stabil (setelah 24 jam).
6.
Perawatan tali pusat
Tali pusat harus
selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu
masuk kuman dan bisa terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali pusat sejak
manajemenaktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat
harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih dan longgar.
Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat dibawah tali pusat. Jika tali pusat
terkena kotoran, maka tali pusat harus dicucui dengan sabun dan air bersih,
kemudian dikeringkan.
Upaya untuk mencegah
terjadnya infeksi pada tali pusat antara lain dengan cara sebagai berikut :
a.
Mencucui tali pusat dengan bersih dan
sabun
b.
Menghindari membungkus tali pusat
c.
Melakukan skin to skin contact
d.
Pemberian ASI dini dan sering memberikan
antibodi pada bayi
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut
Tucker et all (1998:883) pemeriksaan penunjang berupa:
1. Sample
darah
2. Tali
pusat
3. Pemeriksaan
screening bayi baru lahir
4. Hematokrit.
2.1.8
Komplikasi
Masalah bayi baru lahir
Menurut Saiffudin (2006 : 337) :
1. Asfiksia
2. Gangguan
nafas
3. Hipotermi
/ hipertermi
4. BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah)
5. Dehidrasi
6. Ikterus
7. Infeksi /
sepsis
8. Tetanus
neonatonum
9. Kejang
10. Cidera lahir
Tanda bahaya baru lahir menurut Depkes RI Tahun 2008
adalah :
1.
Tidak dapat menyusu
2.
Kejang
3.
Mengantuk dan tidak sadar
4.
Nafas cepat (>60 per menit)
5.
Merintih
6.
Retraksi dinding dada bawah
7.
Sianosis sentral
2.1.9 Penatalaksanaan
Penanganan
Bayi Baru Lahir Normal menurut Mochtar, Rustam. 1998:
1. Mulai
melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar dengan pembersihan mulut,
hidung, dan mata dengan kapas atau kasa steril.
2. Jam
lahir dicatat dengan stop-watch.
3. Lendir
dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari
kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar.
4. Tali
pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptik kemudian dijepit
dengan klem jepit plastik atau diikat dengan pita atau benang tali pusat.
5. Segera
setelah lahir, bayi yang sehat akan menangis kuat, bernapas, serta menggerakkan
tangan dan kakinya, kulit akan bewarna kemerahan.
6. Bayi
dimandikan dan dibersihkan dengan air hangat-hangat kuku dari lumuran darah,
air ketuban, mekonium, dan vernik kaseosa. Adapula yang membersihkannya dengan
minyak kelapa atau minyak zaitun.
7. Jangan
lupa menilai bayi dengan nilai Apgar.
8. Bayi
ditimbang berat badanya dan diukur panjang badan lahirnya kemudian dicatat
dalam status.
9. Perawatan
mata bayi : mata bayi dibersihkan, kemudian diberikan obat untuk mencegah
Blenorrhoe.
10. Diperiksa
juga anus, genetalia eksterna, dan jenis kelamin pada bayi. Pada bayi
laki-laki, periksa apakah ada femosis dan apakah descensus testiculorum telah
lengkap. Di beberapa Negara barat, pada bayi laki-laki segera dilakukan
sirkumsisi, apalagi jika terdapat fimosis.
11. Apgar
Score
Merupakan alat untuk mengkaji
kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel (pernafasan, frek.
Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek). Ditemukan oleh Dr.
Virginia Apgar (1950).
SKOR
APGAR
No
|
Kriteria
|
1
menit
|
5
menit
|
10
menit
|
1.
|
Denyut jantung
|
|
|
|
2.
|
Usaha nafas
|
|
|
|
3.
|
Tonus otot
|
|
|
|
4.
|
Reflek
|
|
|
|
5.
|
Warna kulit
|
|
|
|
|
TOTAL
|
|
|
|
Penilaian
· Nilai
7-10 menunjukkan bahwa bayi dlm keadaan baik
· Nilai
4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
· Nilai
0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi
serius & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
Sedangkan Penanganan bayi selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan(Depkes Ri, 2008) :
1. Menjaga
bayi tetap hangat dengan melakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu atau orang
lain
2. Selimuti
bayi dengan selimut dan kenakan topi pada kepala bayi
3. Lindungi
bayi dari sinar matahari langsung
4. Mendorong
ibu menyusui selama perjalanan
5. Jika
bayi tidak mau menyusu dan perjalanan memakan waktu lenih dari 3 jam, mintalah
ibu untuk memeras ASI dan memberikannya ke bayi dengan cangkir
2.2
Bayi
2.2.1 Pengertian
Bayi
adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir (Muchtar, 2002). Mnurut
Soetjiningsih (2004), bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian
sebagai berikut:
a. Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari
1)Masa
neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari
2)Masa
neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1
tahun.
Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1
tahun, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia sangat lucu
dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.
2.2.2 Manifestasi klinis
1.
Sistem Pernafasan
Saluran nafas perifer masih membuka dan masih
sempit, membran mukosa mudah rusak dan sensitif terhadap trauma (mudah
tersedak, tidak boleh ada asap rokok dari orang lain). Dalam keadaan normal
tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang, jika terjadi kelainan suara
bayi akan terdengar bernada tinggi dan lemah.
2. Sistem
kardiovaskuler dan darah
Sirkulasi perifer berjalan lambar,
ini akan mengakibatkan sianosis ringan pada tangan dan kaki serta perbedaan
warna pada kulit.
3. Sistem
Ginjal
Beban kerja ginajl dimulai sejak
bayi lahir. Apabila intake cairan meningkat, kemungkinan air kemih bayi akan
tampak keruh termasuk berwarna merah muda, disebabkan oleh kadar ureum yang
tidak begitu berarti.
4. Sistem
Gastrointestinal
Kapasitas
lambung 15-30 ml dan akan meningkat dalam minggu-minggu pertama kehidupan.
Sfingter kardiak lambung belum matang sehingga gumoh lazim terjadi. Pada saat
lahir keasaman lambung tinggi namun pada hari ke-10 hampir tidak ada asam
lambung oleh karena itu rentan terhadap terjadinya infeksi. Waktu pengosongan
lambung adalah 2,5-3 jam. Jumlah enzim amilase dan lipase terdapat dalam jumlah
yang tidak tercukupi sehingga bayi kesulitan dalam mencerna lemak dan
karbohidrat. Pada saat makanan masuk segera terjadi peristaltik cepat sehingga
masukan makanan sering disertai pengosongan lambung.
5.
Pengaturan suhu
Bayi
masih rentan terhadap hipotermi dikarenakan karena belum matangnya hipotalamus
yang mengakibatkan tidak efisiennya pengaturan suhu tubuh bayi. Seorang bayi
yang mengalami kedinginn membutuhkan kalori dan oksigen untuk meningkatkan suhu
tubuhnya. Hipertermi rentan terjadi akibat berada dekat pada sumber radiasi
panas, dapat juga diakibatkan karena terjadinya infeksi.
6.
Adaptasi imunologi
Bayi
baru lahir menunjukkan kerentanan tinggi terhadap infeksi terutama yang masuk
melalui mukosa sistem pernafasan dan gastrointestinal. Kemampuan lokalisasi
infeksi masih rendah sehingga infeksi ringan dapat dengan mudah berubah menjadi
infeksi umum. Terdapat imunoglobin utama pada bayi, yaitu IgG, IgA dan IgM.
IgG
melewati barier plasenta sehingga sama kadarnya pada saat lahir. IgA melindungi
terhadap infeksi saluran pernafasan, gastrointestinal dan mata. Kadar igA
mencapai kadar dewasa dalam waktu 2 bulan dan ditemukan dalam ASI. IgM mencapai
kadar dewasa pada usia 2 tahun. ASI terutama kolostrum memberikan kekebalan
pasif.
7. Sistem
reproduksi
Anak
laki-laki menghasilkan sperma setelah memasuki masa pubertas. Anak perempuan
sudah mempunyai ovum dalam sel telur sejak masa bayi. Bayi perempuan dapat
mengalami (pseudo) menstruasi atau pembesaran payudara, kadang disertai oleh
sekresi cairan dari puting pada hari ke 4 atau ke 5 setelah kelahiran. Hal ini
hanya berlangsung sebentar.
8. Sistem
muskuloskeletal
Ubun-ubun
kecil dan fontanel posterior bayi akan menutup pada usia 6-8 minggu.
9. Sistem
neurologi
Sistem neurologi pada bayi relatif
belum matang setelah lahir. Keberadaan refleks fisiologis pada bayi dapat
menunjukkan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem
muskuluskeletal.
10. Panca
Indra
a.
Indra penglihatan
Bayi sensitif terhadap
cahaya terang dan dapat mengenali pola hitam-putih yang tercetak tebal dalam
bentuk muka manusia. Jarak fokus adalah 15-20 cm yang memungkinkan seorang bayi
dapat melihat wajah ibunya pada saat menyusui. Pada usia 2 minggu bayi dapat
membedakan muka ibunya dari muka yang tidak dikenal. Perhatian pada warna,
vaariasi dan kompleksitas pola berkembang dalam 2 bulan pertama kehidupan bayi.
b.
Indra penciuman
Bayi
dapat membedakan bau menyengat, menyukai pada bau susu terutama ASI. Dalam
beberapa hari bayi sudah dapat membedakan bau susu ibu dengan bau susu orang
lain.
c.
Indra pengecapan
Bayi
bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan yang
kuat pada rasa manis.
d.
Indra pendengaran
Bayi
mempunyai pendengaran yang tajam dan dapat melokalisasi suara dalam lingkungan
sekitar, serta mampu membedakan berbagai suara. Pada akhir bulan pertama, bayi
baru lahir lebih menyukai suara ibunya dari pada orang lain dengan merasa
tenang dengan suara-suara bernada rendah.
e.
Indra peraba/sentuhan
Bayi
mudah memperlihatkan reaksi terhadap berbagai hal dengan adanya beberapa
refleks fisiologis. Bayi sangat sensitif terhadap sentuhan. Bayi merasa senang
dengan kontak kulit ke kulit, berendam dalam air, gosokan tangan, belaian dan
gerak ayun. Bayi bereaksi terhadap sentuhan dan adanya refleks gemgam untuk
memperkuat hubungan.
2.2.3 Rencana asuhan pada bayi
Secara umum, WHO merekomendasikan bahwa, kesehatan
bayi baru lahir sangat ditentukan pelayanan kesehatan dengan prinsip sebagai
berikut :
1. Persalinan
bersih dan aman
2. Mulai
pernafasan spontan
3. Mempertahankan
suhu tubuh dengan mencegah hipotermi
4. Menyusui
segera setelah lahir
5. Pencegahan
dari keadaan sakit dan penyakit
Sedangkan menurut Wafi Nur Muslihatun tahun 2010,
rencana disusun dan dilaksanakanberdasarkan hasil interpretasi data yang
tertulis di assasment. Dalam pemberian asuhan primer pada bayi, bidan harus
melakukan beberapa pendidikan kesehatan melalui komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE), serta konseling. Bidan perlu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga tentang perawatan bayi, antara lain :
1. Pemilihan
tempat tidur yang tepat
tempat tidur bayi harus hangat,
diletakkan di dekat tempat tidur ibu. Tempat tidur bayi dan ibu yang bersamaan
atau bayi dan ibu tidur pada satu tempat yang sama, dapat menyebabkan kematian
bayi yang tidak disengaja. Ruang perawatan bayi di bagian kebidanan di sebuah
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, adalah tempat untuk merawat
bayi bermasalah, dan bukan tempat yang tepat bagi bayi sehat.
2. Memandikan
bayi
Bayi lebih baik dimandikan setelah
minggu pertama yang bertujuan untuk mempertahankan verniks caseosa dalam tubuh
bayi yang berguna stabilisasi suhu tubuh. Bayi harus tetap di jaga
kebersihannya dengan menyekanya secara lembut dan memperhatikan lipatan
kulitnya. Sabun dengan kandungan cholorophene tidak dianjurkan karena diserap
kulit dan menyebabkan racun bagi sistem saraf bayi.
3. Mengenakan
pakaian bayi
Penggunaan pakaian bayi bertujuan
untuk membuat bayi tetap hangat. Pakaian berlapis-lapis tidak dibutuhkan oleh
bayi. Hindari kain yang menyentuh leher, karena bisa mengakibatkan gesekan yang
mengganggu. Selama musim panas bayi membutuhkan pakaian dalam dan popok.
4. Perawatan
tali pusat
Perawatan tali pusat yang benar
dengan tidak membubuhkan sesuatu pada pusar bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap
kering. Puntung bayi akan segera lepas pada minggu pertama.
5. Perawatan
hidung
Kotoran bayi akan membuat hidung
bayi tersumbat dan sulit bernafas. hindari memasukkan gumpalan kapas ke dalam
hidung bayi.
6. Perawatan
mata dan telinga
Telinga harus dibersihkan setiap
kali sehabis mandi. Jangan membiasakan menuangkan minyak hangat ke dalam
kanal/lubang telinga karena akan lebih menambah kotoran dalam telinga.
7. Perawatan
kuku
Jaga kuku bayi agar tetap pendek.
Kuku dipotong setiap tiga atau empat hari sekali. kuku yang panjang akan
mengakibatkan luka pada mulut atau lecet pada kulit bayi.
8. Kapan
membawa bayi ke luar rumah
Di bawa keluar selama satu atau dua
jam sehari.
9. Imunisasi
Pada 6 minggu pertama, pastikan
bayi telah mendapatkan beberapa imunisasi dasar. Imunisasi BCG harus diberikan
sebelum bayi berusia 2 bulan. Imunisasi hepatitis B1 sudah diberikan segera
setelah bayi lahir. Imunisasi hepatitis B2 diberikan dengan interval minimal 4
minggu setelah imunisasi hepatitis B1, yaitu pada usia 1 bulan. Imunisasi polio
oral dosis awal telah diberikan setelah lahir, sebelum bayi pulang dari rumah
sakit. Imunisasi oral ke 2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu setelah
imunisasi polio oral pertama yaitu 1 bulan. Apabila imunisasi polio diberikan
dengan innactivated polio vaccine (IPV), maka diberikan pada saat bayi berusia
dua bulan nanti.
10. Pemeriksaan
Selama 1 tahun pertama bayi
dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin.
11. Perawatan
intensif
Bayi pada usia 6 minggu pertama
yang mengalami komplikasi atau permasalahan membutuhkan perawatan intensif
sesuai dengan komplikasi/masalah yang menyertai bayi.
12. Perawatan
lain
Perawatan lain yakni perawatan
kulit, kebutuhan bermain dan pemantauan berat badan. Bayi yang sehat akan
mengalami penambahan berat badan setiap bulan.
2.3
Balita
2.3.1 Pengertian
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di
atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah
lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010),
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan
anak prasekolah (3-5 tahun).
2.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan
umum
a. Kesadaran : composmetis, apatis, somnolen,sopor,
koma, delirium
b. Tanda Vital : TD: normal balita : 99/65 mmHg
N : 105-110 x/menit
S :
36-37,50C
RR: 30-50 x/menit
2.Pemeriksaan kulit,
kuku,rambut dan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kulit : menilai pigmentasi, sianosis,
ikterus, ekzema, pucat,dll
Pemeriksaan kuku : warna, bentuk, keadaan
Pemeriksaan rambut : menilai warna, kelebatan,
distribusi, dll
Pemeriksaan kelenjar getah bening : palpasi daerah
leher atau inguinal.
3.Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala : lingkar kepala dan
ubun-ubun
b. Wajah : kesimetrisan, paralisis
wajah, pembengkakan
c. Mata : menilai visus, palpebra,
kelenjar lakrimalis, sklera, kornea
d. Telinga : bentuk, besar dan
posisi, membran tympani, serta fungsi
e. Hidung : menilai kelainan
bentuk, adanya epistaksis
f. Mulut : trismus, halitosis,
edema, peradangan gusi, kelainan lidah
g. Faring : hiperemia, edema, abses
dan adanya suara sesak
h. Laring : obstruksi laring
disertai stridor, batuk dan suara sesak
i. Leher : Tekanan vena jungularis,
massa pada leher
4.Pemeriksaan dada
a. Payudara : kelainan payudara,
ginekomastia patologis, galaktore
b. Paru : Kesimetrisan, suara nafas
c. Jantung : Palpasi denyut apikal,
suara, irama, dan bising jantung
d. Abdomen : Auskultasi peristaltik
usus dan usus bising
e. Genetalia : Laki : bentuk dan
ukuran penis, testis, kelainan, perdangan testis dan skrotum. Perempuan :
epispadia, tanda seks sekunder, pengeluaran caiaran.
f. Tulang belakang dan ekstremitas :Nyeri, dan kelaiann, gaya jalan